Memberdayakan Masyarakat Dengan Pola Bertani

Senipertanian - Apakah kamu pernah berpikir untuk memberdayakan masyarakat dengan pola bertani demi terwujudnya ketahanan pangan nasional yang berkelanjutan?

Pada zaman yang sudah lampau sekali, seorang filsuf Yunani bernama Hipocrates mengatakan bahwa makanan mempunyai manfaat penting untuk pemeliharaan kesehatan dan penyembuhan penyakit.

Secara langsung, ia menyatakan pangan merupakan sumber makanan yang bisa memelihara kebutuhan fisik dan rohani dalam jumlah yang cukup sehingga kebutuhan akan pangan berada pada puncak daftar apa saja yang harus dipenuhi oleh manusia.

Kebutuhan pangan di Indonesia cukup tinggi, karena jumlah penduduknya yang besar. Selain itu, Indonesia dikenal sebagai negara agraris. Maka, sudah seharusnya kebutuhan pangan bisa tercukupi dengan  baik. Posisi Indonesia yang berada di garis khatulistiwa dengan keragaman biodiversitas tinggi, menjadikan negara ini potensial untuk dijadikan adidaya pangan.

Lantas, “bagaimana konteks realita yang sebenarnya mengenai kondisi ketahanan pangan Indonesia?”. Kita tidak benar-benar merasakan kelimpahan alam yang tersedia saat ini.

Hasil alam yang dikonversi menjadi bahan pangan tidak bisa dinikmati oleh semua kalangan. Kasus kelaparan, kekurangan gizi, stunting, dan busung lapar masih marak terjadi di banyak daerah.

Peningkatan Produktivitas Melalui Program Pemberdayaan Masyarakat

Istilah pemberdayaan sudah mulai berkembang sejak masa post-kolonial. Saat itu, banyak orang menyadari bahwa salah satu cara mengembangkan dan meningkatkan mutu suatu komunitas masyarakat adalah melalui pemberian hak-hak penuh pada jaminan hidup yang kuat dan jaminan kesehatan yang memadai.

Pada dasarnya, pemberdayaan adalah pemberian hak penuh pada masyarakat untuk mengembangkan diri dan komunitas mereka secara utuh. Bukan lagi sebagai komunitas yang hanya bergantung pada bantuan, tetapi sudah mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri.

Dampak dari program pemberdayaan ini tentu menjadikan masyarakat lebih produktif dan mandiri. Dengan begitu, masyarakat bisa memproduksi hasil pertanian dalam jumlah optimal dan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu, akses terhadap pangan menjadi lebih mudah dan tidak ada lagi kasus kekurangan gizi.

Proses pemberdayaan pada masyarakat tani bertujuan untuk membentuk karakter tani yang dapat beradaptasi dalam pemanfaatan teknologi. Dunia pertanian sangat bergantung pada teknologi, baik itu pada budidaya, pemeliharaan tanaman, maupun pengolahan lahan. Masyarakat petani yang mampu beradaptasi dengan teknologi diharapkan mendapatkan produksi yang maksimal.

Sawah untuk Bertani

Ketahanan Pangan yang Berkelanjutan

Setelah program pemberdayaan telah selesai dilakukan, maka peran dari fasilitator mulai berkurang. Masyarakat diharapkan bisa mandiri, demi tercapainya ketahanan pangan. Pada prinsipnya, pemberdayaan tidak akan terhenti walaupun masyarakat sudah bisa mandiri. Evaluasi dan pengawasan tetap harus dilakukan, karena kondisi alam yang tidak menentu sangat mempengaruhi produk pertanian yang dihasilkan.

Agar bisa mengatasi hal tersebut, pendidikan pertanian mutlak diberikan sedari dini. Berbagai program pendidikan pertanian bagi masyarakat desa sudah dilakukan, namun minim pengawasan dan tindak lanjut. Pendidikan pertanian harusnya disertai dengan praktik lapangan secara langsung, agar peserta didik bisa melihat perbedaan antara teori dan realita sebenarnya.

Melalui pemberdayaan masyarakat pertanian, masa depan pangan diharapkan tidak hanya bergantung pada kondisi sumber daya alam saja, karena ketahanan pangan tidak akan jauh-jauh dari aspek ekologi, ekonomi dan sosial budaya. Maka, adaptasi teknologi serta akses informasi harus terus diberikan agar masyarakat bisa mengelola usaha pertanian dengan baik.

Implementasi Masyarakat Biasa untuk Bertani

Demi mewujudkan ketahanan pangan, dibutuhkan kerja sama setiap elemen masyarakat. Meskipun tidak berprofesi sebagai petani, sudah seharusnya setiap individu berusaha untuk memenuhi kebutuhan pangannya sendiri. Beberapa praktik pertanian sederhana berikut ini bisa dilakukan,

Budidaya Pertanian Hidroponik

Konsep budidaya menggunakan media air di tempat seadanya bisa dipraktekkan oleh masyarakat. Khususnya bagi mereka yang tinggal di perkotaan dan tidak memiliki cukup lahan untuk bertani.

Masyarakat bisa menanam sayur-sayuran melalui metode ini. Setidaknya, masyarakat dapat memenuhi kecukupan gizi harian yang diperoleh dari hasil sayuran hidroponik.

Tips Sukses dalam Bertanam Hidroponik Sistem NFT

 

Belanja di Pasar Tradisional

Seiring dengan program pemerintah “Cintai Produk Dalam Negeri”, masyarakat seharusnya bisa melakukan aktivitas belanja kebutuhan pangan mereka di pasar-pasar tradisional yang ada di tiap daerah.

Hal ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi petani di daerah tersebut, karena rata-rata produk pertanian seperti sayuran dan buah yang diperdagangkan di pasar tradisional merupakan hasil pertanian setempat.

Langkah-Langkah Adaptasi Teknologi bagi Petani

Penerapan teknologi selalu dikaitkan dengan pendidikan, padahal tidak selalu demikian. Setiap orang bisa menerapkan teknologi, meskipun tidak mengenyam pendidikan yang memadai.Hal ini juga yang terjadi pada petani di masa kini. Rata-rata, jenjang pendidikan petani yang rendah tidak menjadi faktor utama yang menyebabkan minimnya adaptasi teknologi.

Jika ditinjau dari sudut pandang petani, mereka sebenarnya memiliki kekurangan sumber daya modal untuk memperoleh teknologi tersebut. Selain itu, proses pendampingan dan pengajaran terkait teknologi yang diterapkan juga sangat minim terjadi. Maka, beberapa tahapan bisa dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut, yakni :

Pengenalan

Tahapan ini merupakan tahapan awal yang bisa dilakukan. Pemerintah selaku penyedia teknologi bagi petani, seharusnya memberikan pendampingan melalui penyuluh pertanian terkait penerapan teknologi yang dibagikan.

Dengan adanya pendampingan, diharapkan petani tertarik dan bersedia untuk menggunakan teknologi tersebut di lahan miliknya.

Pemberdayaan

Setelah proses pengenalan awal dilakukan sebagai pendahuluan, maka penyuluh pertanian dapat masuk ke dalam lingkungan petani dan mulai membantu petani untuk menerapkan teknologi tersebut ke lahan mereka.

Proses pemberdayaan dengan menerapkan teknologi membutuhkan waktu yang cukup sampai petani mahir untuk menerapkannya sendiri. Oleh karena itu, pemberian pengajaran secara periodik harus terus dilakukan oleh penyuluh.

Petani Padi di Indonesia

Evaluasi & Pengawasan

Tahapan ini dilakukan pasca proses pemberdayaan yang dilakukan oleh penyuluh. Dalam fase ini, petani sudah mampu untuk menggunakan teknologi secara mandiri. Maka, penyuluh dapat melakukan evaluasi terhadap penerapan teknologi yang dilakukan petani.

Evaluasi mempertimbangkan faktor internal seperti ketepatan penggunaan teknologi oleh petani dan faktor eksternal seperti perbedaan hasil produksi lahan dengan atau tanpa penerapan teknologi. Evaluasi juga berguna untuk mengetahui pengaruh teknologi terhadap perubahan sosial dan budaya pertanian di daerah tertentu.

Selain itu, pengawasan harus dilakukan oleh penyuluh bersamaan dengan fase evaluasi. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir resiko kegagalan penerapan teknologi atau penyimpanan penggunaan teknologi oleh petani.


Belum ada Komentar untuk "Memberdayakan Masyarakat Dengan Pola Bertani"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel