Kisah Petani Muda Perempuan Jelsi Natosa, Dari Karyawan Menjadi Petani Sukses


Seni Pertanian - Mengintip Jelsi Natosa, Petani Milenial Kota Angin Pulang Kampung karena Bahagia Menjadi Bu Tani Jelsi Natosa adalah salah satu petani milenial Kabupaten Nganjuk. Cewek berusia 24 tahun ini lebih memilih menggeluti dunia pertanian dibandingkan bekerja di bidang lain. Dia rela bermandi lumpur dan tersengat sinar matahari setiap hari untuk menghasilkan brambang berkualitas super.

“Petani itu pekerjaan yang tidak ada masanya. Sampai tua pun tetap bisa menjadi petani,” ujar Jelsi Natosa. Sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD), cewek berusia 24 tahun ini mengaku sudah bercita-cita menjadi petani. Dia sangat tertarik dengan dunia pertanian. Apalagi, orang tuanya juga tidak melarang.

Karena itu, setelah lulus dari SMKN 1 Bagor pada 2017, Jelsi tidak kuliah. Dia sempat bekerja sebagai karyawati di salah satu bioskop di Surabaya. Wajahnya yang cantik membuat dia ditempatkan sebagai petugas tiket.

Ruangan ber-AC dan tidak tersengat matahari tidak membuat Jelsi nyaman. Dia memilih pulang kampung ke Desa Mungkung, Kecamatan Rejoso pada 2022. Karena keinginan bertaninya sangat kuat. Namun, Jelsi tidak bisa langsung terjun sebagai petani. Maklum, kedua orang tuanya tidak memiliki sawah. “Saya akhirnya menyewa sawah untuk memulai bertani,” ungkap Jelsi.

Tanaman yang dipilih Jelsi adalah brambang. Dia pun menggeluti dunia baru. Yaitu sebagai petani brambang. Mulai dari sirat brambang, memupuk, dan menyemprot hama dilakukan. Karena bertani, Jelsi akrab dipanggil ‘Bu Tani’ di desanya.

Dua tahun terjun sebagai petani brambang membuat Jelsi sangat bahagia. Apalagi, hasil dari bertani tidak bisa dipandang sebelah mata. Dia pun berhasil membeli sawah dari hasil panennya. “Saya punya sawah sendiri seluas 1.000 meter persegi sekarang,” ujarnya bangga.

Meski sukses menjadi petani milenial tidak membuat lulusan jurusan multimedia SMKN 1 Bagor ini sombong. Dia mengaku masih dalam tahap belajar. Setiap hari, dia belajar menanam brambang dengan baik ke petani yang lebih senior. Tidak jarang, dia juga bertanya ke petugas penyuluh pertanian terkait persoalan bawang merah. Mulai dari hama, penyakit, hingga penjualan brambang. “Rasanya bahagia sekali jika melihat brambang subur dan panen melimpah,” ungkapnya.

Sementara itu, Penjabat (Pj) Bupati Sri Handoko Taruna mengatakan, jika brambang adalah andalan Kota Angin. Kabupaten Nganjuk menjadi penghasil brambang nomor dua nasional setelah Brebes, Jawa Tengah. Karena itu, dia mendukung jika ada generasi muda menggeluti dunia pertanian, khususnya brambang.

Mas Bupati Handoko mengatakan, Pemkab Nganjuk berusaha keras agar petani brambang di Kota Angin tidak rugi saat panen raya. Pihaknya berusaha menjalin kerja sama dengan daerah di luar Nganjuk untuk pemasaran.

Merantau ke Surabaya untuk Cari Modal Sewa Lahan. Jelsi Natosa bukan anak petani. Orang tuanya tidak memiliki sawah. Mereka bekerja sebagai peternak. Entah mengapa sejak kecil, Jelsi bercita-cita sebagai petani. Sehingga, dia pun berusaha mewujudkan cita-citanya tersebut. “Saya tidak mau kuliah karena ingin segera menjadi petani,” ujarnya.

Agar tidak merepotkan orang tuanya, Jelsi merantau ke Surabaya. Berbekal ijazah SMKN 1 Bagor, dia mencari pekerjaan di Kota Pahlawan. Karena tidak memiliki saudara, dia menumpang di kos temannya. Beruntung, tidak butuh waktu lama untuk Jelsi mendapatkan pekerjaan. Dia diterima kerja di salah satu bioskop di Surabaya. “Saya kerja jaga tiket bioskop sejak 2017,” ujarnya.

Upah yang didapat Jelsi terbilang tinggi. Dalam sebulan, dia bisa mendapat upah jutaan rupiah. Karena upah minimum kota (UMK) di Kota Surabaya paling tinggi di Jawa Timur. Upah yang besar itu tidak membuat Jelsi boros. Justru, dia hidup hemat. Karena niatnya bekerja adalah mencari modal agar bisa bertani. “Sebagian besar upah, saya tabung untuk modal bertani,” ungkapnya.

Sayang, pandemic Covid-19 yang menghantam Indonesia pada 2020 membuat usaha Jelsi ikut terdampak. Gedung bioskop harus tutup. Karena dianggap rawan sebagai tempat penularan Covid-19. Upah Jelsi juga ikut terjun bebas. “Saya hanya dapat upah sekitar Rp 2 jutaan per bulan,” kenangnya.

Biaya hidup yang tinggi di Surabaya membuat Jelsi harus memutar otak. Dia pun memilih bekerja part time di toko pakaian. Itu dilakukan agar biaya hidup terpenuhi dan uang tabungannya tidak terkuras.

Pada tahun 2022, dia memutuskan untuk pulang kampung ke Desa Mukuh, Rejoso. Alasannya, uang tabungannya dianggap sudah cukup untuk menyewa sawah. “Saya sewa sawah setengah hektare untuk menanam brambang,” ujarnya.

Influencer dengan Ratusan Ribu Followers
Usia yang muda dan memiliki background pendidikan multimedia SMKN 1 Bagor menjadi modal berharga bagi Jelsi Natosa. Dia menggunakan kemampuannya dalam membuat dan mengedit video untuk mendukung pekerjaannya sebagai petani. Setiap panen, dia selalu menjual brambang lewat media sosial (medsos). Sehingga, dia tidak pernah tergantung pada tengkulak. Harga brambang juga tidak jatuh. “Saya jual brambang lewat live Tiktok Shop,” ujarnya.

Hasilnya pun luar biasa. Pembeli tidak hanya berasal dari Nganjuk. Namun, di seluruh Indonesia. Rata-rata sekali live, dia mampu mendapatkan 200-300 orderan. “Paling banyak pernah 500 orderan. Brambang yang terjual setengah ton,” ujarnya.

Bu Tani asal Desa Mungkung, Kecamatan Rejoso ini mengaku harus memberdayakan tetangga untuk membantu packing orderan. Saat ini karyawannya ada tujuh orang. Dia bersyukur dari hasil membuat konten dan berjualan melalui medsos itu memberi bermanfaat bagi warga sekitar. “Live tiktoknya setiap hari ada dua sesi, pagi dan siang atau sore,” ujarnya.

Saat ini akun Tiktoknya sudah tembus 270 ribu followers. Kemudian untuk akun instagramnya sudah mencapai 78,4 ribu followers. Selain dari hasil penjualan melalui tiktok, dia juga membuka jasa endorse untuk brand pertanian. Konten yang dia tonjolkan lebih ke edukasi tentang tanaman bawang merah.

Untuk menjaga kulitnya tetap putih dan mulus, Jelsi melakukan perawatan. Sebelum ke sawah, dia memakai sunscreen dan topi untuk melindungi kulitnya dari sengatan sinar matahari.


Penulis: Agy Umbara

Kunjungi Artikel Seni Pertanian Makin Tahu Indonesia

Belum ada Komentar untuk "Kisah Petani Muda Perempuan Jelsi Natosa, Dari Karyawan Menjadi Petani Sukses"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel