Pupuk Indonesia Sambut Positif Usulan Singkong Sebagai Komoditas Penerima Subsidi
Kamis, 10 Oktober 2024
Tulis Komentar
Seni Pertanian - Direktur Pemasaran PT Pupuk Indonesia (Persero) Tri Wahyudi Saleh mengungkapkan bahwa Pupuk Indonesia terus berupaya mengoptimalkan penyerapan pupuk bersubsidi dengan mengidentifikasi komoditas pertanian strategis, salah satunya singkong.
Ia menjelaskan, dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 1 Tahun 2024 terdapat sembilan komoditas sebagai penerima pupuk bersubsidi, terdiri dari padi, jagung, kedelai, cabai, bawang merah, bawang putih, tebu rakyat, kopi, dan kakao. Sementara itu, pada awal tahun 2024, pemerintah telah menambah alokasi pupuk bersubsidi dari alokasi awal 4,7 juta ton menjadi 9,55 juta ton.
“Kebijakan penambahan volume ini diperlukan upaya optimalisasi dalam meningkatkan serapannya. Optimalisasi dapat dilakukan dengan mengidentifikasi komoditas-komoditas strategis daerah yang berpotensi mendapatkan pupuk bersubsidi. Harapannya berdampak terhadap optimalisasi serapan pupuk bersubsidi, nilai ekonomi dan peningkatan produktivitas pertanian,” ungkapnya dalam acara Forum Group Discussion (FGD) dengan tema Strategi Peningkatan Produktivitas Singkong dan Kebijakan Dukungan Pupuk Bersubsidi untuk Petani di Kota Palembang.
Ia menambahkan, singkong yang juga dikenal sebagai ubi kayu dapat dikategorikan sebagai komoditas alternatif pangan yang memiliki kandungan karbohidrat setara beras. Indonesia sendiri menduduki urutan kelima sebagai negara produsen singkong terbesar di dunia, dengan total produksi 18,3 juta ton (2020). Dari produksi tersebut memasok 87 persen untuk kebutuhan nasional.
Sebagian besar atau 97 persen produksi ubi kayu digunakan untuk pangan. Hal ini menunjukkan bahwa ubi kayu mempunyai peran strategis sebagai penyangga pangan nasional. Untuk itu, menurutnya, upaya peningkatan produktivitas singkong harus diwujudkan dalam rangka mendukung program ketahanan pangan nasional.
“Komponen budidaya yang berperan dalam peningkatan produktivitas singkong adalah penggunaan pupuk yang sesuai dengan kebutuhan tanaman, varietas yang sesuai (tahan cekaman biotik dan abiotik), dan pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan),” tambahnya.
Lebih lanjut, Tri mengaku mendapat masukan dari stakeholder, salah satunya dari Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) yang berharap singkong masuk menjadi komoditas yang berhak mendapatkan alokasi pupuk bersubsidi dari pemerintah.
“Dengan demikian kesejahteraan petani meningkat, industri singkong tanah air dapat berkembang, ketahanan pangan nasional terjaga,” imbuhnya.
Selain itu, ia juga mengatakan bahwa Pupuk Indonesia mempunyai teknologi memformulasikan pupuk NPK sesuai dengan spesifikasi atau kebutuhan tanaman memiliki NPK khusus tanaman singkong, yaitu NPK 17-6-25. Pupuk ini memiliki kandungan Nitrogen 17 persen, Phosphatase 6 persen, dan KCL 25 persen.
Berdasarkan hasil uji coba di sejumlah daerah, khususnya di Sumatera pengaplikasian pupuk ini mampu meningkatkan produktivitas tanaman singkong. Rata-rata hasil panen petani singkong pada saat pengaplikasian pupuk tersebut sebesar 45 ton/hektare, dari rata-rata panen sebelumnya 27 hingga 28 ton/hektare.
“Petani singkong yang sebelumnya mendapatkan pupuk bersubsidi bisa terobati dengan kehadiran NPK singkong. Persoalannya apakah pupuk ini bisa masuk ke dalam skema subsidi, ini yang harus kita diskusikan dalam FGD. Pastinya pupuk ini dapat digunakan oleh petani dalam pemupukan secara efisien dan berimbang sehingga dapat meningkatkan produktivitas singkong,” ujarnya.
Adapun bukti lain dari perhatian Pupuk Indonesia terhadap komoditas singkong, adalah pihaknya telah melakukan demonstration plot (demplot) di lahan bekas tambang timah yang ada di Bangka Belitung. Lahan bekas tambang tersebut dikembalikan kesuburannya dengan menggunakan produk Pupuk Indonesia sehingga dapat dimanfaatkan untuk budidaya singkong. Kawalan budidaya tersebut juga menggunakan NPK singkong.
Tidak hanya itu saja, Pupuk Indonesia pun membuat Kampung Singkong di Lampung Tengah, tepatnya di Desa Sriwijaya Mataram, Kecamatan Bandar Mataram. Desa ini menjadi percontohan pengembangan komoditas singkong yang dilakukan Pupuk Indonesia.
“Petani singkong membutuhkan pendampingan yang berkesinambungan dan bantuan subsidi pupuk dengan formula NPK 17-6-25, agar produksi tinggi dan kelestarian lahan pertanian terjaga,” pungkasnya.
Penulis: Agy Umbara
Kunjungi Artikel Seni Pertanian Makin Tahu Indonesia
Belum ada Komentar untuk "Pupuk Indonesia Sambut Positif Usulan Singkong Sebagai Komoditas Penerima Subsidi"
Posting Komentar