Kisah Sukses Firja Safrullah Pemuda Asal Tasik Jadi Petani Cabai


Seni Pertanian - Harga cabai saat ini sedang meroket, hal ini membuat Firja Safrullah semringah. Firja adalah salah seorang remaja yang mulai memilih jalur sunyi dalam membangun masa depannya. Betapa tidak, di saat teman-temannya berbondong-bondong membidik bidang otomotif, informatika, desain grafis dan lainnya, Firja lebih memilih pertanian.

Dia bertekad menjadi petani sehingga mengambil jurusan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura (ATPH) di SMKN Pembangunan Pertanian Tasikmalaya.

"Sering diledek teman-teman, ngapain katanya pertanian, kotor-kotoran, capek, panas-panasan. Ah saya mah senyum saja, mereka belum tahu di pertanian itu minim persaingan," kata Firja.

Meski masih sekolah, dia sudah mulai merintis usaha tani, memanfaatkan lahan seluas 50 bata milik orang tuanya di Kecamatan Bungursari Tasikmalaya.

Dia menanam cabai domba dan saat ini dia senang karena harga jual bagus. "Laku Rp 80 ribu per kilo, diambil pengepul di kebun, nggak usah repot-repot ngangkut ke pasar," kata Firja.

Dia mengaku untung, hitungan kasarnya, modal yang dia investasikan sekitar Rp 10 juta kemudian dalam beberapa bulan jadi berlipat.

"Ya dapatlah Rp 20 jutaan, lumayan cuan. Tapi memang bukan modal saya sendiri, ada modal bapak saya," kata Firja.

Karena sedang untung, dia sangat bersemangat mengurus kebunnya. Sepulang sekolah, tanpa ganti pakaian dia langsung mengamati tanaman cabainya. Dia sedang mengkhawatirkan serangan hama patek, yang bisa merusak pohon cabai dan merampas keuntungan.

"Tapi rugi juga pernah, dulu waktu tanam tomat. Pas panen harga jatuh sampai Rp 2 ribu/kilogram. Padahal sebelumnya di harga Rp 7 ribu/kilogram, eh pas panen jadi turun drastis. Sekitar Rp 5 jutaan hangus," kata Firja.

Sosok petani belia lainnya adalah Resti, pelajar jurusan pertanian dari SMKN Panjalu Ciamis. Dia bersama beberapa temannya sedang magang di Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) Enoi Hikari Ikamaja, Kecamatan Kawalu, Tasikmalaya.

"Yakin jadi petani, biarlah kulit hitam akibat panas-panasan tapi duit di dompetnya merah-merah," kata remaja putri ini.

Berdomisili di Kecamatan Panjalu Ciamis, yang notabene wilayah sentra pertanian, Resti optimistis dia bisa mewujudkan impiannya menjadi pengusaha pertanian. "Saya ingin punya green house, Aamiin," kata Resti.

Dia mengaku awalnya masuk jurusan akuntansi, tapi setelah melihat orang tuanya bisa hidup layak dari pertanian dia pun akhirnya pindah ke jurusan pertanian.

"Pertanian juga ternyata menjanjikan, kalau bicara capek, pekerjaan mana yang nggak capek?. Kalau bicara risiko, pekerjaan mana yang tanpa risiko," kata Resti.

"Selama masih ada kehidupan, yang namanya pertanian itu akan dibutuhkan. Petani itu pekerjaan mulia," timpal Wida temannya.

Selama beberapa bulan ke depan Resti, Wida dan 8 temannya yang lain belajar menjadi petani di P4S yang dikelola oleh Dadan Ridwan, petani muda Kota Tasikmalaya.

"Kali ini anak-anak yang PKL ada 8 orang, kalau sebelumnya, di November 2024 ada 43 orang. Tapi kebanyakan dari luar Tasikmalaya, ada dari Jawa Tengah, Bandung dan lainnya," kata Dadan.

Meski regenerasi petani dianggap sulit, namun masih ada anak-anak muda yang memiliki ketertarikan bahkan sudah terjun bisnis pertanian.

"Kalau saya tetap optimistis regenerasi petani masih ada, dan kami yakin tetap ada walau bagaimana pun kondisinya," kata Dadan.

Itulah penjelasan tentang celoteh petani muda tasik. Terima kasih sudah membaca dan semoga bermanfaat.

Kunjungi Artikel Seni Pertanian Makin Tahu Indonesia

Penulis: Lourentius Agy Umbara, S.P.

Belum ada Komentar untuk "Kisah Sukses Firja Safrullah Pemuda Asal Tasik Jadi Petani Cabai"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel